Salah satu sanggar yang ada di kuningan. Sanggar ini merupakan yang memfokuskan untuk anak didiknya mempunyai bakat tari. Banyak tarian yang diajarkan di sanggar ini. Selain tarian, disini juga diajarkan musik gamelan, sinden, dll. Sanggar ini sudah dipercaya untuk mengiring upacara adat, biasanya untuk diacara pernikahan

Kamis, 19 Desember 2019

KARAKTER DALAM TARIAN JAIPONG




     Pengertian karakter adalah watak, sifat, akhlak ataupun kepribadian yang membedakan seorang individu dengan individu lainnyaa. Pengertian karakter dalam sebuah tarian adalah sebagai pembentuk tokoh atau watak dalam penari dan karakternya tergantung pada tarian yang akan dibawakan oleh seorang penari tersebut. Karakter pun dapat dijumpai pada tata rias, tata busana, pada penari tersebut. Dalam seni tari karakter itu sangat penting, karena kita bisa tahu apa karakter dalam tarian tersebut. Perempuan dalam masyarakat Sunda lama memiliki kedudukan tinggi dan dihormati. Seperti yang digambarkan dalam berbagai naskah historiografi tradisional. Demikian halnya diungkapkan Yakob Sumardjo bahwa “Perempuan dalam pandangan masyarakat Sunda lama, memiliki tempat terhormat. Meskipun tidak sampai pada kedudukan tempat terpenting dalam ruang publik, namun kedudukan perempuan amat terhormat dalam dalam ruang domestik, dan lebih-lebih dalam ruang batin manusia Sunda”. Hal ini dapat dilihat dalam cerita Pantun Sunda yang menjunjung tinggi tokoh Sunan Ambu sebagai tokoh yang dapat dijadikan andalan dalam memecahkan berbagai masalah, sehingga kedudukannya sangat dihargai. Penghormatan terhadap perempuan juga tergambar dalam Pantun Sunda Panggung Karaton. Disebutkan bahwa dunia atas yang kosong itu adalah kekemben layung kasunten, yang berarti bahwa perempuan sebagai azas dunia atas. Sementara dunia bawah bumi-tanah ini adalah kalakay pare jumarum. Langit itu perempuan dan tanah itu laki-laki, bila disatukan dan diharmonikan akan melahirkan kehidupan baru. 
             Dalam pandangan kosmologi masyarakat Sunda lama, bahwa perempuan sebagai pemberi hidup, berkualitas transenden. Bahkan rumah dianggap sebagai perempuan. Perempuan adalah lokalitas, adalah rumah, adalah asal kehidupan. Pendapat tersebut penempatkan kedudukan perempuan Sunda lama sangat dihormati dan dihargai dalam ruang domestik. Artinya, penghargaan tersebut hanya sebatas ruang domestik, sementara kedudukannya dalam ruang publik sangat terbatas. Pembatasan ruang gerak bagi perempuan hingga saat ini masih terjadi dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam masyarakat Sunda lama yang dilukiskan dari cerita Pantun seperti tokoh Sunan Ambu, Dewi Asri, Nyi Sumur Bandung, maupun Purbasari, adalah berwibawa, kharismatik, penuh cinta kasih, pendidik, penolong, pelindung, penyabar, tegar dan memiliki hati yang lembut. Demikian halnya yang digambarkan dalam sejarah terutama ketika Raden Dewi Sartika yang hidup di kalangan menak yang merasa tertekan dengan keadaan. Ia berani berjuang untuk kaumnya agar mendapat perlakuan yang sama dengan pria. Dari gambaran cerita Raden Dewi sartika tersebut dapat dibaca bahwa karakter perempuan saat itu adalah, sabar, tegar, dan penuh perjuangan, tetapi sikap sopan santun tetap dijaga. Kehidupan masyarakat dari zaman ke zaman terus berubah sesuai dengan perubahan sosial masyarakatnya. Demikian halnya dengan karakter perempuan masyarakat Sunda, muncul perubahan-perubahan yang signifikan dalam perilaku menyikapi kehidupan. 
         Perubahan karakter perempuan Sunda tersebut tergambar dalam sebuah karya tari yang dikreasikan oleh Gugum Gumbira yaitu Jaipongan. Jaipongan yang lahir akhir tahun 1970-an dan populer tahun 1980-an ini memunculkan karakter perempuan yang semakin membuka diri. Pada masa tersebut termasuk sebagai masa orde baru yang dapat dikatakan bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu faktornya adalah kondisi sosial, politik, dan ekonomi saat itu dalam keadaan “stabil”. Situasi dan kondisi tersebut sangat berpengaruh terhadap karya-karya tari.
Dari gambaran kedudukan perempuan dalam masyarakat Sunda lama, dapat dibaca bahwa perempuan Sunda memiliki karakter yang berwibawa, dapat dipercaya, kalem, lembut. Asumsi penulis terhadap kewibawaan perempuan dalam kemampuannya memecahkan masalah. Dengan demikian diyakini sosok Sunan Ambu adalah sosok perempuan yang pandai. Sunan Ambu merupakan kependekan dari susuhunan atau yang disembah. Yang berarti Ibu Kedewataan yang disembah, agung, dan berkuasa. ’Ibu” di sini bersifat keilahian. Sosok yang multiperan sebagai Dewi, Ibu yang sangat dihormati. Dengan demikian dapat ditafsirkan bahwa Sunan Ambu memiliki karakter yang berwibawa, kharismatik, penuh cinta kasih, pendidik, penolong, serta memiliki kekuatan melindungi.
        Bagi para perempuan Sunda dan masyarakat di lingkungan Jawa Barat tentunya sudah tidak asing dengan jenis kesenian tari yang satu ini. Sebuah kesenian tari atraktif serta dinamis yang dominan dimainkan oleh kaum perempuan ini, memang lebih sering dikaitkan dengan penggambaran karakter perempuan Sunda masa kini. Jika melihat sejarah, sejak tahun 1980 seni tari Jaipong mulai dikembangkan oleh Gugum Gumbira dari seni tari rakyat ‘ketuk tilu’ menjadi seni pertunjukkan atau media hiburan yang diperuntukkan bagi seluruh masyarakat. Artinya kesenian yang semula hanya dapat dinikmati oleh kalangan masyarakat kelas bawah pun, kini dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat yang ada. Itulah sebabnya seni tari Jaipongan seringkali dianggap sebagai seni pertunjukkan yang dapat melintasi strata sosial tertentu.Sebagai seni yang banyak dipertunjukkan oleh sosok perempuan, Jaipong pun dinyatakan sebagai bentuk penggambaran sosok perempuan Sunda masa kini. Hal ini terlihat melalui gerakan yang dimilikinya. Setiap gerakan tersebut menunjukkan sosok perempuan Sunda yang penuh semangat, lincah, dan kuat. Tidak hanya itu, sebagai tarian yang penuh kelembutan, Jaipong juga menunjukkan adanya gerakan ‘Jalingkak’ yang ungkapannya dinyatakan sebagai gambaran dari karakter perempuan Sunda gesit serta kekinian.
          Karakter perempuan Sunda saat ini berbeda dengan karakter perempuan Sunda zaman dulu yang lebih dikenal dengan sifat anggun dan andalemi (Bahasa Sunda: orang yang bersifat baik dan lemah lembut). Perbedaan tersebut nampak melalui beberapa gerakan tari Jaipongan yang dapat dibaca sebagai bentuk gambaran karakter yang dimilikinya. Dimulai dari gerakan ‘Cinges’ yaitu gerakan kepala serta badan yang menggambarkan karakter sosok perempuan gesit serta dapat menghadapi setiap tantangan kehidupan dengan penuh rasa antusias. Kegesitan itu terlihat melalui gerak kaki, seperti halnya ketika muncul gerakan ngerecek, depok, meloncat, sirig, mincid, sonteg dan lain sebagainya. Melalui gerakan gesit tersebut, karakter perempuan Sunda juga dapat dinyatakan ‘hampang birit’, artinya mudah untuk bergerak.Kemudian ada lagi gerakan ‘Galeong’ badan serta kepala, umumnya gerakan ini disertai dengan lirikan mata serta senyuman genit yang menggambarkan karakter perempuan kenes (centil).
          Gerakan tangan juga kaki yang terbuka dengan lebih lebar menggambarkan bahwa perempuan Sunda masa kini memiliki karakter yang jujur dan lebih kuat. Sedangkan untuk liukan tubuh yang lebih lentur, dari ujung kepala hingga kaki dinyatakan sebagai karakter perempuan yang lebih fleksibel atau tidak kaku, termasuk dalam menghadapi berbagai persoalan. Selain penggambaran karakter melalui gerakan tubuh para penari Jaipong, musik yang mengiringi setiap gerakan tersebut pun dapat diartikan sebagai penggambaran karakter. Hal ini terlihat melalui tempo musik yang lambat, cepat atau pun sedang. Kecepatan tempo musik itu diartikan sebagai karakter dari perempuan Sunda masa kini yang tentunya tidak monoton, tetapi penuh dengan kejutan dan juga tidak membosankan. Sama halnya dengan karakter perempuan centil, serta kenes yang terlihat melalui riasan atau tampilannya. Dari berbagai macam bentuk gerakan tubuh serta beberapa hal lainnya yang disajikan oleh para pemain Jaipong tadi, muncul lah pro dan kontra dari kalangan masyarakat, utamanya untuk gerakan yang disajikan oleh penari perempuan. Alasannya tentu saja berkaitan dengan munculnya anggapan bahwa garakan tari tersebut telah mengekploitasi tubuh perempuan, khususnya pada gerakan pinggul perempuan yang dikenal sebagai wilayah privasi dan dapat mengundang gairah tidak diinginkan dari kaum laki-laki. Namun, pada akhirnya pro dan kontra inilah yang justru semakin mengangkat nama kesenian Tari Sunda Jaipong, hingga akhirnya ia tidak hanya dikenal diantara masyarakat suku sunda dan masyakarat dalam negeri saja, melainkan dikenal pula oleh masyarakat mancanegara.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

BTemplates.com

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

TATA RIAS, KOSTUM, dan PENGIRING TARI JAIPONG

1. Tata Rias Tata rias yang digunakan untuk wajah tidak terlalu mencolok namun yang membuat mencolok yaitu mengenakan kebaya w...