Salah satu sanggar yang ada di kuningan. Sanggar ini merupakan yang memfokuskan untuk anak didiknya mempunyai bakat tari. Banyak tarian yang diajarkan di sanggar ini. Selain tarian, disini juga diajarkan musik gamelan, sinden, dll. Sanggar ini sudah dipercaya untuk mengiring upacara adat, biasanya untuk diacara pernikahan

Selasa, 21 Januari 2020

TATA RIAS, KOSTUM, dan PENGIRING TARI JAIPONG








  1. Hasil gambar untuk tata rias dan kostum tari jaipong

1. Tata Rias
Tata rias yang digunakan untuk wajah tidak terlalu mencolok namun yang membuat mencolok yaitu mengenakan kebaya warna-warna cerah. Kebaya yang dipilih harus dari kain katun, karena lebih nyaman dipakai. Sedangkan pada bawahan , menggunakan kain/jarit batik motif Cirebonan. Terkadang hal ini juga dipengaruhi oleh motif batik, betawi dan tionghoa pada corak sanggul. Pada rambut dihias dengan sanggul ukuran sedang, pada sanggul boleh dihiasi dengan hiasan berupa bunga, kembang pantul.
2. Kostum
Kostum atau busana yang dikenakan dalam sebuah pementasan tari jaipong sangat beragam. Meskipun terdapat perbedaan corak antara jaipongan tradisional dan gaya baru namun Pada umumnya properti busana yang dikenakan oleh para penari jaipongan merupakan pakaian tradisional.
• Sinjang, Merupakan sebuah kain panjang yang dikenakan oleh para penari jaipongan sebagai celana pajang.
• Apok, Adalah pakaian atau baju yang dikenakan oleh penari, pada busana wanita pakaian ini juga kerap disebut dengan nama kebaya. Adapun yang mencirikan pakaian apok terdapat pada pernik dan ornamen yang terdapat di dalamnya.
• Sampur, Sampur merupakan kain panjang yang menjadi properti utama tari jaipong. Sampur juga disebut juga dengan selendang yang dikenakan pada leher para penari. Keberadaan sampur sangat penting karena menjadi properti yang dimainkan dalam gerakan tari mulai dari pembukaan hingga akhir.
3. Pengiring
Selain kendang/gendang yang dimainkan dengan cara ditabuh menggunakan tangan kosong, ada pula alat musik lain sebagai pelengkap seperti:
  1.  
• Ketuk, merupakan alat musik tradisional yang mirip dengan bonang. Alat ini dimainkan dengan cara diketuk dan menghasilkan suara nyaring sebagai suara tekanan dalam sebuah musik pengiring tari jaipong.
• Rebab, merupakan alat musik pelengkap dalam menyajikan sebuah lagu pengiring tarian jaipongan. Alat musik ini sedikit mirip dengan girat yang memiliki senar.
• Goong, suara khas menggelegar dimiliki oleh alat musik yang satu ini, dimainkan dengan cara dipukul menggunakan pemukul dalam hitungan tertentu mengikuti irama musik yang dimainkan.
• Kecrek, jika kita kerap menyaksikan pementasan wayang kulit tentunya tidak asing lagi dengan alat musik yang satu ini karena krecek merupakan perkusi dalam sebuah pementasan wayang. “Kecrek kecrek kecrek kecrek” begitulah kurang lebih suara yang ditimbulkan oleh alat musik ini.
Selain dari keempat alat musik di atas ada pula alat musik lain yang digunakan seperti Kecapi, Demung, Saron, dan juga Bonang.
• Sinden,  adalah sebutan bagi wanita yang bernyanyi mengiringi orkestra gamelan, umumnya sebagai penyanyi satu-satunya. Pesindén yang baik harus mempunyai kemampuan komunikasi yang luas dan keahlian vokal yang baik.
• Juru alok, dalam karawitan Sunda, alok adalah nyanyian atau kawih yang biasanya dilantunkan secara solois oleh seorang pria seperti yang sering kita dengar dalam pergelaran wayang golek, wayang kulit, wayang cepak, kiliningan, celempungan, bujangga, dan sebagainya.
Share:

Senin, 20 Januari 2020

Keunikan Tari Merak

Keunikan Tari Merak

Setelah mengetahui secara singkat mengenai penjelasan tari merak, kita juga harus tahu keunikan-keunikan yang melatarbelakangi tarian ini. Keunikan tarian yang akhirnya menciptakan daya tarik tersendiri bagi para penikmatnya. Apa saja keunikannya? Ini dia :
Kostum yang digunakan oleh para penari sangat indah dan benar-benar menggambarkan buruk merak. Bajunya dibuat seperi bulu merak yang indah dan berwarna-warni, lengkap dengan sayap dan mahkota menyerupai kepala burung.
Cerita kehidupan burung merak yang digambarkan melalui setiap gerakannya. Gerakan burung merak jantan dan betina pun berbeda. Burung merak jantan mempelihatkan keindahan bulu ekornya pasa saat menarik burung betina.
Tarian dilakukan berpasangan dan menceritakan tentang seekor burung merak yang ingin menarik perhatian burung merak betina.
Musik pengiring tarian ini adalah iringan gendingdari lagu Macan Ucul.
Bonang akan dipukul sampai terdengar keras pada setiap bagian gerakan yang menggambarkan sepasang merak sedang bermesraan.
Meski tarian ini lahir dan besar di Jawa Barat, tetapi taran ini sudah terkenal hingga ke mancanega. Hal tersebut juga yang sepertinya mendasari para mahasiswa di Denpasar serta seniman Bali lainnya untuk menciptakan tari Manuk Rawa yang memiliki konsep hampir sama dengan tari merak ini
Share:

PROPERTI TARI MERAK

                                     PROPERTI TARI MERAK
1 Mahkota : Merupakan properti yang digunakan pada kepala para penari. Mahkota ini juga kerap disebut dengan istilah siger.
2 Garuda Mungkur:  sebuah hiasan yang dikenakan pada kepala bagian belakang yang berbentuk menyerupai kepala burung merak.
3 Sesuping: Bagian dari kostum yang berfungsi sebagai hiasan di telinga para penari.
4 Apok : kain yang dikenakan melingkar di bawah leher dan menutupi dada penari.
5 Baju Atas : Baju atas atau penutup dada properti tarian merak hampir mirip dengan kemben. Bedanya adalah corak serta warna yang dibuat sedemikian menyerupai bulu burung merak.
6 Sayap : Sayap merupakan kain menyerupai selendang yang berguna untuk mendeskripsikan bahwa pakaian tersebut merupakan kostum yang menggambarkan burung merak.
7 Sabuk:  kain yang berfungsi sebagai ikat pinggang serta mengencangkan busana merak.
8 SampurHiasan : yang terbuat dari bahan tisue menyerupai bulu merak.
9 Kilat Bahu:  sebuah gelang yang dikenakan pada bagian bahu sebagai hiasan.
10 Gelang :  Jika kilat bahu dikenakan pada bahu para penari, maka gelang dikenakan pada pergelangan tangan dan biasa berbentuk lingkaran berwarna-warni senada dengan kostum yang dikenakan.
11 Rok: Rok merupakan bagian bawahan dari kostum merak yang sangat identik dengan corak serta warna burung merak berwarna-warna
Share:

SEJARAH TARI MERAK


SEJARAH TARI MERAK
Tarian merak ini berasal dari daerah Jawa Barat lebih tepatnya di daerah Pasundan. Pada sekitar tahun 1950-an ada seorang koreografer ternama yang berasal dari Jawa Barat. Koreografer itu sendiri bernama Raden Tjetjep Soemantri. Beliaulah yang menciptakan gerakan-gerakan tari yang pada akhirnya dinamakan tarian merak.
Kesenian tarian merak ini merupakan penerapan dari kehidupan (tingkah laku) seekor burung merak. Lebih tepatnya gerakan tarian ini diambil dari tingkah polah burung merak jantan pada saat ingin memikat burung merak betina. Suatu gerakan burung merak jantan ketika memperlihatkan keindahan bulu ekornya.
Gerakan ini dimaksudkan untuk menarik perhatian dari burung merak betina. Namun seiring dengan perkembangan jaman tari merak Jawa Barat ini telah mengalami beberapa perubahan dari gerakan aslinya. Dalam pementasannya tarian merak biasanya ditampilkan oleh penari dengan cara berpasang-pasangan.
Masing-masing penari memainkan peran sebagai burung merak jantan atau burung merak betina. Tarian merak ini diiringi dengan musik gending macan ucul.
Dengan iringan musik itu para penari menggerakkan tubuhnya dengan sangat gemulai layaknya tingkah laku seekor burung merak. Gerakan-gerakan tari yang diperagakan para penari sungguh indah mempesona.

Share:

CIRI-CIRI TARIAN MERAK


CIRI-CIRI TARIAN MERAK
        Busana atau kostumnya memiliki motif layaknya bulu merak, yaitu menggambarkan bentuk dan bulu merak itu sendiri. Seperti misalnya warna biru, hijau, dan hitam. Kostum ini juga memiliki sepasang sayap yang mirip dengan ekor burung merak yang sedang dikembangkan. Terdapat juga hiasan disetiap kepala penarinya yang berupa mahkota.
       Gerakan dalam tari merak ini sangat mirip dengan tingkah laku burung merak jantan yang lagi mencari perhatian burung merak betina. Gerakan ini dilakukan dengan gerakan yang sangat gemulai. Tarian merak ini dilakukan dengan cara berpasangan. Ada yang berperan sebagai burung merak jantan ada yang sebagai burung merak betina.
      Setiap tarian pasti memiliki sebuah ciri khas tersendiri yang unik. Atau bisa juga membuat gerakan sendiri yang berbeda dari gerakan jenis tari lain. Hal inilah yang akan kelebihan dan keistimewaan dari tarian itu sendiri. Yang menjadikan ciri khas tarian merak adalah sebagai berikut:
       Busana atau kostumnya memiliki motif layaknya bulu merak, yaitu menggambarkan bentuk dan bulu merak itu sendiri. Seperti misalnya warna biru, hijau, dan hitam. Kostum ini juga memiliki sepasang sayap yang mirip dengan ekor burung merak yang sedang dikembangkan. Terdapat juga hiasan disetiap kepala penarinya yang berupa mahkota.
Gerakan dalam tari merak ini sangat mirip dengan tingkah laku burung merak jantan yang lagi mencari perhatian burung merak betina. Gerakan ini dilakukan dengan gerakan yang sangat gemulai.

Share:

TARI MERAK


TARI MERAK
      Indonesia memang terkenal dengan beragam kekayaan budaya. Baik itu budaya tradisional atau modern semuanya menarik untuk dipelajari. Diantara jenis kebudayaan tradisional ini terdapat adanya kesenian tari. Jenis seni tari tradisional ini pun bermacam-macam sesuai dengan propinsi masing-masing.
      Salah satu jenis tari yang sangat terkenal adalah tari merak. Tari merak ini merupakan tarian khas yang berasal dari propinsi Jawa Barat. Jenis tarian ini menampilkan kreasi baru yang mengekspresikan kehidupan dari seekor burung merak. Gerakan-gerakan tarian merak diambil dari tingkah laku burung merak.
       Lalu diangkat ke dunia pentas seni oleh seniman Sunda yang bernama Raden Tjetjep Soemantri. Jenis tarian ini termasuk salah satu jenis tarian modern (kontemporer). Artinya adalah gerakan yang ada di tarian merak ini diciptakan dengan bebas dengan menggunakan kreasi sendiri. Tarian ini tidak mengandung tarian tradisional rakyat maupun tarian tradisional klasik. Bagi masyarakat propinsi Jawa Barat tarian merak ini merupakan tarian kebanggaan nasional mereka.
       Dengan iringan musik itu para penari menggerakkan tubuhnya dengan sangat gemulai layaknya tingkah laku seekor burung merak. Gerakan-gerakan tari yang diperagakan para penari sungguh indah mempesona.


Share:

MANFAAT TARI JAIPONG.


MANFAAT TARI JAIPONG.
Sebagai ciri khas atau pembeda dari tarian tradisional dari daerah lain.
Sebagai identitas dari kesenian budaya tradisional yang berasal dari Bandung Jawa barat supaya seluruh rakyat Indonesia dapat mengetahui.
Bisa ditampilkan pada saat acara-acara penting, seperti penyambutan tamu-tamu penting daerah atau negara, bisa juga ditampilkan dalam hajat pernikahan ataupun pesta-pesta yang lain.
Meningkatkan rasa nasionalisme dan patriotisme pada para generasi muda agar terus timbul rasa cinta terhadap kekayaan seni budaya tradisional Indonesia sehingga akan tetap terjaga dengan baik.
Memperkokoh rasa kesatuan dan persatuan dengan daerah lain yang ada di Indonesia agar muncul rasa semangat kebersamaan, semangat persaudaraan, dan rasa saling memiliki agar Indonesia tetap bhinneka tunggal ika.
Bisa dijadikan sebagai hiburan masyarakat melalui pertunjukan rakyat atau pada panggung-panggung hiburan.
Seni tari jaipong sebagai jatidiri sebuah seni tari yang didalamnya bisa menyampaikan pesan-pesan tertentu.
Sebagai kebanggaan masyarakat Bandung dan Jawa Barat sebagai salah satu seni tari yang masih bertahan dan eksis hingga saat ini.
Sebagi salah satu warisan nenek moyang memiliki khas tersendiri dan tidak ada yang menyamainya.
Sebagai pemasukan devisa negara dalam rangka mempromosikan pariwisata dan kesenian di daerah Jawa Barat.
Bisa dijadikan sebagai tari pembuka pada sebuah festival atau pertunjukan yang menyuguhkan hiburan dengan lingkup international.
Bagi para penari, maka jaipongan ini mampu menyehatkan tubuh karena gerakan-gerakannya yang energik bisa membakar lemak.

Share:

CIRI-CIRI TARI JAIPONG


CIRI-CIRI TARI JAIPONG
     Memiliki gerakan yang luwes dan selaras dengan musiknya yang didominasi oleh hentakan suara kendang.
Pada tarian jaipong, gerakan yang ditunjukkan lebih mengandalkan pada kekuatan dan kelenturan otot, sehingga selalu terlihat energik dan penuh semangat.
Penari dalam tari jaipongan tidak terbatas hanya untuk perempuan saja tetapi juga bisa dilakukan oleh pria. Bahkan banyak juga yang menampilkan tari jaipongan secara kelompok campuran pria dan wanita.
Jumlah penarinya biasanya bervariasi, ada yang dibawakan dengan 2 orang, 3 orang, atau bahkan lebih dari sepuluh. Hal yang dituntut dalam tari jaipongan secara kelompok adalah keselarasan gerakan dengan irama musik dan juga kesatuan gerak yang kompak dan dinamis.
Dari segi kostum, kostum para penari jaipong mempunyai karakter warna yang terang dan mencolok tapi sangat indah dan serasi dengan irama musiknya. Umumnya warna-warnanya yaitu kuning emas, merah, biru terang.
Memiliki motif yang berkonsep pada alam, misalnya motif bunga atau daun dengan keindahan bentuk dan variasinya.
Bentuk kostum mengikuti lekuk tubuh para penarinya sehingga memunculkan kesan yang sedikit fulgar, seksi, dan juga eksotis. Hanya saja pada dasarnya hal ini bertujuan untuk menyelaraskan musik, gerakan, dan juga kostum.



Share:

Properti Tari Jaipong


Properti Tari Jaipong
Pengertian Properti Tari
        Dalam seni tari, properti adalah semua perlengkapan yang dipakai untuk kebutuhan penampilan koreografi atau tatanan tari. Jadi, penggunaan properti dalam suatu tarian disesuaikan dengan kebutuhan koreografi. Properti itu juga berkaitan dengan tema dan gerak sebagai media ungkap. Properti tari dapat berupa benda kecil sampai benda-benda besar.

       Jadi, properti bisa juga diartikan sebagai semua perlengkapan yang digunakan, dipegang, dimanfaatkan, atau dipakai dan dimainkan oleh para penari. Properti tari yang paling umum digunakan, seperti kipas, sapu tangan, keris, tombak, pedang, gada, lawung, dan lain sebagainya.
Properti Tari Jaipong
       Properti utama dalam Tari Jaipong adalah Sampur. Sampur adalah kain panjang yang menjadi properti utama dalam Tari Jaipong. Sampur sering juga disebut dengan selendang yang akan dikenakan pada leher penari. Keberadaan sampur dalam Tari Jaipong sangat penting karena menjadi properti yang ikut dimainkan dalam gerakan tari mulai dari pembukaan sampai akhir. 

      Mengenai properti tari Jaipong, hati-hati ada banyak referensi di internet yang memberikan informasi keliru. Ada yang mengulas bahwa properti Tari Jaipong adalah Sinjang, Apok, dan Sampur. Padahal, Sinjang dan Apok termasuk ke dalam kostum penari Jaipong, bukan properti. Sepertinya di sini terdapat kesalahpahaman dalam memaknai pengertian dari properti tari. 

Jadi, properti Tari Jaipong yang benar adalah Sampur.

Share:

Gerakan-Gerakan Tari Jaipong


Gerakan-Gerakan Tari Jaipong
      Gerakan-gerakan pada tarian ini sangat enerjik, unik dan juga sederhana. Meskipun sederhana, tarian ini tetap memiliki ciri khas tersendiri sehingga diminati oleh masyarakat.
      Berbeda dengan tarian yang lain, dimana tarian yang memiliki banyak ragam gerakan, tetapi tarian ini hanya memiliki 4 ragam gerakan. Berikut beberapa gerakan dalam Tari Jaipong:

1. Bukaan

Gerakan ini merupakan gerakan pembukaan saat pementasan akan dimulai. Biasanya para penari melakukan gerakan berjalan memutar, sembari memainkan selendang yang berada di leher sang penari. Gerakan penari yang lemah gemulai membuat para penonton langsung tertarik untuk melihat tarian ini.

2. Pencungan

Gerakan ini adalah gerakan tarian dengan tempo yang cepat, serta diiringi musik dan lagu yang cepat pula. Gerakan Pencungan ini adalah gerakan tari yang penuh semangat. Sehingga banyak penonton yang ikut terbawa dan menikmati tarian ini

3. Ngala

Gerakan ini adalah gerakan tari seperti patah-patah. Perpindahan dari titik ke titik berikutnya dilakukan dengan tempo yang sangat cepat. Gerakan ngala merupakan gerakan yang menambah keunikan dari tarian ini.

 4. Mincit

Gerakan ini adalah perpindahan dari satu ragam gerakan ke ragam gerakan lain. Saat menari, gerakan ini dilakukan setelah ada gerakan ngala. Jika anda pernah menonton tarian ini,  entah itu langsung atau hanya lewat televisi, maka anda akan paham ragam gerakan ini.

Share:

Tari Jaipong

           TARI JAIPONG
         Tari Jaipong – Pasti sudah tidak asing lagi di telinga anda ketika anda mendengar kata “Tari Jaipong”. Tari Jaipong adalah tarian tradisional yang berasal dari Bandung Jawa Barat. Tarian tersebut merupakan tarian tradisional yang sangat populer di Indonesia. Hampir sebagian masyarakat Indonesia pernah menonton pertunjukan tarian ini.
      Tarian diciptakan oleh seniman berdarah Sunda yaitu Gugum Gumbira dan Haji Suanda. Tarian ini adalah penggabungan dari beberapa kesenian tradisional seperti Wayang Golek, Pencak Silat dan Ketuk Tilu.
       Sehingga membuat gerakan dalam tarian ini sangat enerjik dan juga unik. Untuk tarian ini menjadi tarian yang sangat menarik dan enerjik dengan diiringi oleh alat musik degung.
       Gerakan tari dalam tarian ini sangat enerjik, ceria, dan humoris, sehingga banyak orang yang ikut menari saat menonton pertunjukan tarian ini. Selain itu tarian ini juga sering mengundang gelak tawa para penonton. Karena keunikannya, sampai sekarang tarian ini masih sangat diminati masyarakat, khususnya masyarakat Jawa Barat. Tarian ini sangat popular di pulau jawa tepatnya di Jawa Barat.
        Peminat tarian ini tidak hanya masyarakat dari dalam negeri saja, melainkan dari mancanegara juga banyak yang penasaran akan keunikan dari tarian ini. Untuk itu kenapa tarian ini menjadi kesenian andalan di Jawa Barat
Share:

Minggu, 19 Januari 2020

SEJARAH WAYANG GOLEK


Wayang golek

Berkas:Wayang Golek Sunda PRJ 1.jpg

Wayang golek merupakan salah satu dari ragam kesenian wayang yang terbuat dari bahan kayu yang merupakan hasil perkembangan wayang kulit dari keterbatasan waktu supaya dapat ditampilkan pada siang atau malam hari. Pertama kali diperkenalkan oleh Sunan Kudus di daerah Kudus (dikenal Wayang Menak), Cirebon (dikenal Wayang cepak) lalu Parahyangan. Wayang golek sangat populer di wilayah Jawa Barat, daerah penyebarannya terbentang luas dari Cirebon hingga Banten.

Sejarah

Sekitar tahun 1583, Sunan Kudus yang merupakan salah satu penyebar agama Islam di pulau Jawa pernah membuat kurang lebih 70 buah wayang dari kayu. Wayang tersebut dipertontonkan di siang dan malam hari dengan sumber cerita lokal atau imajinasi sendiri yang tentunya sarat dengan pesan agama Islam. Sunan Kudus menggunakan bentuk wayang golek awal ini untuk menyebarkan Islam di masyarakat.

Munculnya kesenian wayang kayu lahir dan berkembang di wilayah pesisir utara pulau Jawa pada awal abad ke-17. Dikarenakan masyarakat Jawa Tengah dan Jawa Timur telah terlebih dahulu mengenal wayang kulit, kehadiran wayang golek kurang begitu berkembang, karena masyarakat disana terlanjur menggemari wayang kulit. Namun wayang golek Sunan Kudus itu menarik hati dari ulama atau sekurang-kurangnya santri Cirebon yang sedang berkunjung (atau berguru) ke wilayah Sunan Kudus. Akhirnya ide wayang golek itu dibawa ke Cirebon.

Pementasan wayang golek di tanah Parahyangan dimulai sejak Kesultanan Cirebon berada di tangan Panembahan Ratu (1540-1650) cicit dari Sunan Kudus. Yang dipertunjukan saat itu adalah wayang cepak (atau wayang golek papak), disebut demikian karena memiliki bentuk kepala yang datar.

Selanjutnya ketika kekuasaan Kesultanan Cirebon diteruskan oleh Pangeran Girilaya (1650-1662), wayang cepak semakin populer dimana kisah babad dan sejarah tanah Jawa menjadi inti cerita, yang tentunya masih sarat dengan muatan agama Islam.
Lalu wayang golek dengan cerita dari epos Hindustan seperti Ramayana dan Mahabarata seperti yang sekarang mulai hadir kisah-

kisah Ramayana dan Mahabharata tersebut kemungkinan besar pertama kali lahir dan berkembang dalam pertunjukan wayang kulit. Semula kisah tersebut menggunakan bahasa Jawa. Namun, setelah banyak dalang-dalang dari kalangan orang Sunda, maka bahasa Sunda pun mulai menggantikan penggunaan bahasa Jawa.
Perkembangan selanjutnya adalah wayang golek purwa yang tidak bisa dilepaskan dari peran Wiranata Koesoemah III (Bupati Bandung ke-6). Beliau sangat menggemari wayang, tetapi ia menginginkan suatu pertunjukan yang lebih menarik dan memiliki nilai-nilai keSunda-an.

Akhirnya ia meminta salah seorang pengrajin wayang kulit bernama Ki Darman (pegiat wayang kulit asal Tegal) di daerah CibiruUjungberungBandung untuk membuat bentuk wayang golek yang lebih menarik dengan bentuk kepala / rupa yang benar-benar menyerupai manusia. Maka lahirlah bentuk Wayang Golek Sunda seperti yang kita lihat sekarang.

Wayang golek semakin populer, tidak lagi sebatas konsumsi kaum menak, tapi masyarakat biasa pun mulai menggemari wayang golek ini. Wayang golek pun semakin menyebar ke segala penjuru Jawa Barat setelah dibukanya De Grote Postweg (Jalan Raya Daendels) yang menghubungkan daerah-daerah di Jawa Barat.

Dari paparan diatas maka di tanah Parahyangan bermula muncul wayang-wayang klasik seperti wayang golek papak, wayang golek purwa dan wayang golek Pakuan. Wayang Golek Papak masih dipertontonkan di daerah Cirebon, dengan kisah babad yang menggunakan bahasa Cirebon.

Wayang Golek Purwa, memainkan kisah Mahabharata dan Ramayana yang diadopsi dari pementasan wayang kulit namun menggunakan campuran bahasa Jawa dan bahasa Sunda. Wayang golek pakuan, kisah yang ditampilkan adalah kisah-kisah legenda Priangan seperti SangkuriangMundinglaya DikusumahLutung Kasarung dan lain-lain.

Share:

Jumat, 17 Januari 2020

PAGELARAN KESENIAN TARI




Pengertian Pergelaran Tari 
       Pergelaran karya seni tari merupakan pertunjukan atau penyajian tari yang ditujukan kepada orang lain atau penonton. Pergelaran tari di sekolah menjadi proses belajar siswa dalam mengekspresikan pikiran dan perasaannya serta keterampilan dan bakat lewat gerak. Pergelaran seni sering didukung dengan cabang seni yang lain untuk mendapatkan sajian pergelaran tari yang indah dan memukau. Bagi penonton, pergelaran seni dapat dijadikan sebagai kegiatan apresiasi untuk mengembangkan kreativitas. 
Teknik Pergelaran Tari 
         Teknik dan prosedur dalam pergelaran harus dilaksanakan melalui tahapan yang panajng untuk mendapatkan hasil sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Tahapan tersebut mulai dari perencanaan matang. Diperlukan strategi khusus agar penyelenggaraan pergelaran tersebut tetap dapat diminati dan dinikmati oleh penonton. Susunan acara yang dibuat jangan monoton karena akan membuat penonton bosan. Berikut Teknik-tekniknya : 
Meyusun Acara Pergelaran 
          Pergelaran tari dimulai dari pemilihan materi yang sesuai dengan tujuan diadakannya pergelaran tersebut, serta audiens atau penonton yang hadir. 
Menata Ruagan Pergelaran
                Menata ruang pergelaran tidak dapat dilakukan secara asal-asalan. Artinya tata ruang pentas untuk tari tunggal, berpasangan, dan kelompok tentu berbeda penanganannya. 
Meampilkan Tari Kelompok  Atau Berpasangan
               Pentas di atas panggung pada hakikatnya adalah mengadakan tatap muka dengan penonton. Saat menari di atas panggung penari harus menguasai dan menghayati semua tokoh yang tengah diperankan. 
Prosedur Tari 
Prosedur dalam pagelaran karya seni tari itu sendiri meliputi empat hal, yaitu sebagai berikut: 
Membentuk Kepanitiaan 
Pergelaran dapat berhasil secara optimal, apabila dipersiapkan secara matang. Masalah yang berhubungan dengan persiapan dan pelaksanaan kegiatan dilaksanakan oleh panitia. Panitia adalah suatu wadah untuk mengelola dan melaksanakan suatu kegiatan. 
Menyusun Jadwal Kegiatan 
Jadwal kegiatan pertujukan tari dipersiapkan oleh setiap seksi di bawah koordinasi ketua panitia. Saat menyusun jadwal pertunjukan, perhatikanlah hal-hal berikut. 
1. Waktu dan tempat pagelaran. 
2. Waktu dan tempat untuk memberikan pengarahan bagi seksi-seksi acara. 
3. Waktu pembuatan kelengkapan pertunjukkan tari. 
4. Waktu dan tempat untuk gladi bersih. 
5. Waktu penutupan pertunjukan tari dan pembubaran panitia pertunjukan. 
Penampilan Pagelaran Tari 
Pelaksanaan pagelaran tari secara praktik telah dilakukan sebelum kegiatan pertunjukan itu berlangsung, yakni ketika panitia mulai memberikan arahan untuk memulai kegiatan kepanitiaan. Termasuk juga segala pematangan karya yang akan dipentaskan oleh penari, juga merupakan awal pelaksanaan pagelaran. Dalam hal ini, segala kendala pelaksanaan pagelaran harus segera dipikirkan cara mengatasinya. Di sinilah tugas keorganisasian pagelaran saat pelaksanaan pagelaran. Sebesar apapun perbedaan pendapat yang muncul saat mencari solusi menemukan kendala dalam pelaksanaan pagelaran, kepanitiaan pagelaran harus tetap fokus pada rencana awal, yakni pelaksanaan pagelaran seni tari yang sukses. 
Unsur-Unsur Tari 
Unsur utama seni tari adalah unsur esensial dan pokok yang harus melekat dalam sebuah tarian. Apabila salah satu dari unsur ini hilang atau tidak diperhatikan, maka suatu pertunjukkan sendratari tidak akan harmonis. Rasanya ada yang kurang, bahkan bisa jadi penonton tidak lagi dapat mengerti maksud dari tarian tersebut. 
Maka dari itu, unsur utama ini menjadi poin penting keberhasilan suatu tari yang dibawakan. Juga, menjadi penilaian penting apabila tari ini menjadi pertunjukkan yang dinilai oleh ahli seni. Berikut tiga unsur utama dalam seni tari: 
Wiraga (raga) 
Wiraga dalam bahasa Jawa berarti raga, yang dalam konteks seni tari biasa dikenal dengan gerakan. Tarian harus menonjolkan gerakan tubuh yang dinamis, ritmis, dan estetis. Meskipun, memang tidak semua gerakan dalam suatu seni tari memiliki maksud tertentu. Gerak biasa atau gerak murni adalah gerakan dalam sebuah tarian yang tidak memilki maksud tertentu, sedangkan gerak maknawi adalah gerakan dalam sebuah tarian yang memiliki makna mendalam dan memiliki maksud tertentu. 
Wirama (irama) 
Tidak mungkin sebuah seni tari hanya melulu penari bergerak kesana kemari tanpa adanya musik yang mengiringi. Musik berfungsi untuk mengiringi gerakan penari. Dengan adanya musik, suatu gerakan akan lebih memiliki makna karena tercipta suasana tertentu. 
Wirasa (rasa) 
Seni tari harus bisa menyampaikan pesan dan suasana perasaan kepada penonton melalui gerakan dan ekspresi penari. Oleh karena itu, seorang penari harus bisa menjiwai dan mengeskpresikan tarian tersebut melalui mimik wajah dan pendalaman karakter. Sebagai contoh, apabila karakter yang dimainkan adalah gadis desa yang lembut maka selain gerakan yang lemah gemulai, penari juga harus menampilkan mimik wajah yang mendukung. 
Tata Rias dan Kostum 
Tidak mungkin sebuah pertunjukkan tarian menampilkan penari dengan kostum dan riasan seadanya. Pasti ada riasan khusus dan kostum yang sesuai dengan tarian dan karakter yang dibawakan oleh penari. Unsur ini mendukung terciptanya suasana tarian dan menyampaikan karakter serta pesan secara tersirat. 
Pola Lantai 
Tarian akan indah apabila penari bisa menguasai pola lantai. Tidak hanya melulu berada di tengah panggung tapi juga bergerak kesana kemari sehingga tidak membuat penonton bosan karena monoton. Hal ini juga sangat penting untuk tarian yang dibawakan oleh banyak penari supaya antar penari tidak saling bertabrakan sehingga gerakan yang ditampilakan dapat selaras, kompak, dan teratur. 
Setting Panggung 
Seni pertunjukkan tari yang baik akan memperhatikan pengaturan panggungnya. Hal ini penting karena dengan adanya panggung yang sesuai tarian, tidak terlalu sempit, dan tertata rapi akan menimbulkan kesan pada penonton. Setting panggung yang dimaksud juga termasuk pencahayaan. Sekiranya, panggung sendratari tidak terlalu terang tetapi juga tidak terlalu gelap. Intinya, penata ruangan harus bisa menyesuaikan dengan tari yang akan dibawakan. 
Properti 
Dalam tarian tertentu, penari akan membawa properti. Properti ini merupakan alat pendukung seperti selendang, piring, payung, lilin. Meskipun memang tidak semua tarian menggunakan properti, unsur ini juga perlu diperhatikan untuk mendukung visualisasi tarian. 
Tari Jaipong yang diiringi lagu Daun Pulus Keser Bojong sempat booming di era 80-an, tepatnya muncul pada 1982. Sejak saat itulah, Jaipong menjadi tarian khas asal Jawa Barat (Jabar) yang terkenal secara nasional bahkan mendunia. 
Tari lagu Daun Pulus Keser Bojong seakan menjadi marterpiece bagi seni tari Jaipong yang dipopulerkan oleh Gugum Gumbira. Masyarakat seni tari bahkan masyarakat umum heboh de­ngan kemunculannya pada 1982. 
          Lagu Daun Pulus Keser Bojong bah­kan tidak hanya populer di Jabar saja, tapi ke seluruh Indonesia. Penjualan kasetnya bahkan tembus hingga dua juta keping. Sebuah raihan fenomenal bagi penjualan kaset yang bukan lagu populer saat itu. Seni tradisi ternyata mampu ber­saing dalam pasar pop kreatif. Yang menjadi terkenal juga adalah tarian Jaipongnya. Dengan tiga gerak­an khas yakni tiga G, Gitek, Geol dan Goyang, yang merupakan pakem baru saat itu, langsung mengambil hati ma­syarakat. Pertunjukan jaipongan kala itu laris dan menjadi tontonan wajib, baik di acara seni hingga acara hajatan. Namun, tarian Jaipong juga diang­gap vulgar oleh sejumlah orang bahkan pejabat di Jabar saat itu. Sehingga sempat pula dilarang tampil, apalagi di acara-acara resmi pemerintahan. Saat kemunculan pertama pada 1982, pro kontra muncul. Gubernur Jabar bahkan melarang. Tahun-tahun berikutnya pun demikian hingga era 90-an. Kaum ibu dan agamawan menganggap gerakan Jaipong sangat erotis dan vulgar sehing­ga penari Jaipong pun direndahkan derajatnya. 
            Namun perkembangan seni Jaipong tetap berjalan. Tetap mendapatkan tempat tersendiri di hati masyarakat Jabar, yang akhirnya diakui bukan se­bagai seni rendahan namun memiliki nilai luhung sebagai bentuk hasil sosial bidaya masyarakat tatar Sunda. Beberapa penari Jaipong yang ke­mudian terkenal antara lain Tati Saleh, Yeti Mamat dan Eli Somali. Semakin ter­kenal dengan munculnya Daun Pulus. Kehadiran trio ini semakin menarik bagi perkembangan Jaipongan di Jabar. Apa­lagi kemudian artis dangdut Camelia Malik juga sering menari Jaipongan saat melantunkan lagu dangdut di setiap konsernya. Mas Nanu Muda, pelaku seni tradisi Jabar bercerita, jika proses terciptanya Daun Pulus Keser Bojong terjadi saat malam hari, ketika Gugum Gumbira, sang maestro, sedang memandang pohon yang daunnya lebar seperti daun jati, namanya daun pulus. Muncullah syair lagu dari daya kreativitasnya yang tinggi. Karena Gugum juga dikenal sebagai tukang kendang, pelaku dunia tari Jabar dan menguasai ketuk tilu, tayuban, bangreng hingga bajidoran ditambah pencak silat, membuatnya mudah menemukan gerakan baru. Menurut Mas Nanu, gerakan-gera­kan Jaipong menunjukan kesederha­naan melalui goyang pinggul yang sa­ngat komunikatif dengan segala lapisan masyarakat. Makanya tidak heran Daun Pulus membumi di tatar Pasundan. Tarian ini bahkan seakan menjadi ikon seni tari dari Jabar.
Share:

PERKEMBAGAN TARI JAIPONG



          Karya Jaipongan pertama yang mulai dikenal oleh masyarakat adalah tari "Daun Pulus Keser Bojong" dan "Rendeng Bojong" yang keduanya merupakan jenis tari putri dan tari berpasangan (putra dan putri). Dari tarian itu muncul beberapa nama penari Jaipongan yang handal seperti Tati Saleh, Yeti Mamat, Eli Somali, dan Pepen Dedi Kurniadi. Awal kemunculan tarian tersebut sempat menjadi perbincangan, ulgar. Namun dari ekspos beberapa media cetak, nama Gugum Gumbira mulai dikenal masyarakat, apa lagi setelah tari Jaipongan pada tahun 1980 dipentaskan di TVRI stasiun pusat Jakarta. Dampak dari kepopuleran tersebut lebih meningkatkan frekuensi pertunjukan, baik di media televisi, hajatan maupun perayaan-perayaan yang diselenggarakan oleh pihak swasta dan pemerintah. Kehadiran Jaipongan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap para penggiat seni tari untuk lebih aktif lagi menggali jenis tarian rakyat yang sebelumnya kurang perhatian. Dengan munculnya tari Jaipongan, dimanfaatkan oleh para penggiat seni tari untuk menyelenggarakan kursus-kursus tari Jaipongan, dimanfaatkan pula oleh pengusaha pub-pub malam sebagai pemikat tamu undangan, dimana perkembangan lebih lanjut peluang usaha semacam ini dibentuk oleh para penggiat tari sebagai usaha pemberdayaan ekonomi dengan nama Sanggar Tari atau grup-grup di beberapa daerah wilayah Jawa Barat, misalnya di Subang dengan Jaipongan gaya "kaleran" (utara). 
         Ciri khas Jaipongan gaya kaleran, yakni keceriaan, erotis, humoris, semangat, spontanitas, dan kesederhanaan (alami, apa adanya). Hal itu tercermin dalam pola penyajian tari pada pertunjukannya, ada yang diberi pola (Ibing Pola) seperti pada seni Jaipongan yang ada di Bandung, juga ada pula tarian yang tidak dipola (Ibing Saka), misalnya pada seni Jaipongan Subang dan Karawang. Istilah ini dapat kita temui pada Jaipongan gaya kaleran, terutama di daerah Subang. Dalam penyajiannya, Jaipongan gaya kaleran ini, sebagai berikut: 1) Tatalu; 2) Kembang Gadung; 3) Buah Kawung Gopar; 4) Tari Pembukaan (Ibing Pola), biasanya dibawakan oleh penari tunggal atau Sinden Tatandakan (serang sinden tetapi tidak bisa nyanyi melainkan menarikan lagu sinden/juru kawih); 5) Jeblokan dan Jabanan, merupakan bagian pertunjukan ketika para penonton (bajidor) sawer uang (jabanan) sambil salam tempel. Istilah jeblokan diartikan sebagai pasangan yang menetap antara sinden dan penonton (bajidor). Perkembangan selanjutnya tari Jaipongan terjadi pada taahun 1980-1990-an, di mana Gugum Gumbira menciptakan tari lainnya seperti Toka-toka, Setra Sari, Sonteng, Pencug, Kuntul Mangut, Iring-iring Daun Puring, Rawayan, dan Tari Kawung Anten. Dari tarian-tarian tersebut muncul beberapa penari Jaipongan yang handal antara lain Iceu Effendi, Yumiati Mandiri, Miming Mintarsih, Nani, Erna, Mira Tejaningrum, Ine Dinar, Ega, Nuni, Cepy, Agah, Aa Suryabrata, dan Asep. 
         Dewasa ini tari Jaipongan boleh disebut sebagai salah satu identitas keseniaan Jawa Barat, hal ini tampak pada beberapa acara-acara penting yang berkenaan dengan tamu dari negara asing yang datang ke Jawa Barat, maka disambut dengan pertunjukan tari Jaipongan. Demikian pula dengan misi-misi kesenian ke manca negara senantiasa dilengkapi dengan tari Jaipongan. Tari Jaipongan banyak memengaruhi kesenian-kesenian lain yang ada di masyarakat Jawa Barat, baik pada seni pertunjukan wayang, degung, genjring/terbangan, kacapi jaipong, dan hampir semua pertunjukan rakyat maupun pada musik dangdut modern yang dikolaborasikan dengan Jaipong menjadi kesenian Pong-Dut.Jaipongan yang telah diplopori oleh Mr. Nur & Leni. 
Tari Jaipong Sekarang 
         Tari Jaipong merupakan salah satu identitas kesenian Jawa Barat. Tari ini seringkali dipentaskan saat acara-acara penting, seperti penyambutan tamu dari negara asing yang datang ke Jawa Barat. Jaipongan juga sering diikutsertakan dalam misi-misi kesenian ke luar negeri. Tanggapan masyarakat dunia tentang tarian satu ini juga cukup bagus. Mereka bahkan dengan senang hati ikut menari. Walaupun terlihat mudah hanya tinggal menggoyang-goyangkan pinggul, ternyata menari Jaipong itu tidak semudah kelihatannya. Gerakan Jaipongan itu sangat dinamis dan energik. Hanya penari yang mempunyai stamina bagus saja yang akan bisa menarikan tarian ini dengan mudah. Bagi yang baru belajar, pasti akan terlihat betapa kakunya pinggang sang penari. Tarian yang mirip dengan tarian dari Betawi ini kadang dianggap sebagai tarian yang terlalu seksi. Goyang pinggul penari yang terlalu panas bisa membuat suasana semakin panas. Tidak mengherankan kalau tarian ini sempat akan dilarang tampil bila penampilan para penari dianggap terlalu seronok. 
         Tari Jaipong juga banyak dipelajari oleh para artis. Mereka menganggap tari Jaipong itu akan membentuk tubuh menjadi cukup seksi dan tidak harus ke Fitness Center lagi. Di antara artis yang terkenal mampu menarikan tari Jaipong dengan cukup baik adalah Camelia Malik. Walaupun tubuhnya sudha sangat tambun dan usianya sudah tidak muda lagi, gerakan tari Jaipong yang dilakukan oleh sang biduan dangdut ini masih cukup luwes dan enak dipandang. Untuk kaum muda atau artis muda yang juga mampu menarikan tarian Jaipong dengan luwesnya adalah Denada. Tubuh Denada yang dahulunya cukup berisi, sekarang terlihat langsing dan singset berkat gerakan dalam tarian Jaipong. Tidak dapat dipungkiri bahwa gerakan tari Jaipong memang sangat energik dan mampu menggerakan semua anggota tubuh sehingga lemak di pinggang, perut, dan paha, akan tergerus dengan cepat. Keringat akan mengucur dengan deras. Bagi pemula, gerakan tarian dari Jawa Barat ini cukup berat. Dianjurkan untuk tidak terlalu memporsir tenaga. Lakukan dahulu gerakan pemanasan dan gerakan sederhana sebelum sedikit demi sedikit mulai melakukan gerakan yang cukup sulit. Bila telah latihan untuk sekian lama dan dirasa tubuh sudah mulai lentur, barulah melakukan gerakan tarian Jaipong yang lebih rumit dan masuk dalam regu. 
Melakukan gerakan bersama-sama membutuhkan kekompakan dan kesamaan gerakan yang serasi. Kalau satu penari Jaipong dianggap tidak mampu mengimbangi penari yang lain, semua gerakan keseluruhan menjadi tidak terlalu sedap dipandang mata. 
Anggapan Masyarakat Tentang Tari Jaipong 
      Bagi masyarakat Jawa Barat, Jaipongan telah menjadi bagian dari budaya mereka. Mereka mencintai budaya ini. Walaupun sekarang tampaknya tidak banyak lagi anak muda yang mempelajari tari Jaipong. Terutama ketika Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heriawan, mengungkapkan buah pikirannya tentang tarian yang dipandangnya cukup erotis. Sebenarnya gerakan Jaipongan ini ada yang tidak terlalu cepat. Kecepatannya memang tergantung pada musik dan keinginan para penonton dan kesanggupan sang penari. Tetapi sepintas memang terlihat sangat menggoda terutama di bagian pinggul dan pantat. Apalagi ketika ada saweran dan yang memberikan saweran boleh ikut menari. Tidak jarang laki-laki yang memberikan saweran itu menyentuh atau mencoba menyentuh tubuh penari Jaipong. Yang lebih parah lagi adalah penonton senang dengan tingkah laku orang yang memberikan saweran yang mencoba menggoda penari. Mereka bersorak ketika terlihat penari yang mencoba menghindar. 
          Keadaan ini dianggap sudah melenceng dari tujuan diadakannya Jaipongan di satu acara. Tentu saja bagi Gubernur Jawa Barat yang cukup religius tersebut, adalah tanggung jawabnya melindungi rakyatnya dari perbuatan zinah atau perbuatan yang mendekati zinah. Melihat keadaan tersebut, sebaiknya tari Jaipong dikembalikan kepada tujuan penciptaannya semula. Tidak terlalu vulgar walaupun masih mempertontonkan atraksi yang menarik dan atraktif.
Share:

FILOSOFI TARI JAIPONG




      Jaipongan terlahir melalui proses kreatif dari tangan dingin H. Suanda sekitar tahun 1976 di Karawang, jaipongan merupakan garapan yang menggabungkan beberapa elemen seni tradisi karawang seperti pencak silat, wayang golek, topeng banjet, ketuk tilu dan lain-lain. Jaipongan di karawang pesat pertumbuhannya di mulai tahun 1976, di tandai dengan munculnya rekaman jaipongan “SUANDA GROUP” dengan instrument sederhana yang terdiri dari gendang, ketuk, kecrek, goong, rebab dan sinden atau juru kawih. Dengan media kaset rekaman tanpa label tersebut (indie label) jaipongan mulai didistribusikan secara swadaya oleh H Suanda di wilayah karawang dan sekitarnya. Tak disangka Jaipongan mendapat sambutan hangat, selanjutnya jaipongan menjadi sarana hiburan masyarakat karawang dan mendapatkan apresiasi yang cukup besar dari segenap masyarakat karawang dan menjadi fenomena baru dalam ruang seni budaya karawang, khususnya seni pertunjukan hiburan rakyat. Posisi Jaipongan pada saat itu menjadi seni pertunjukan hiburan alternative dari seni tradisi yang sudah tumbuh dan berkembang lebih dulu di karawang seperti penca silat, topeng banjet, ketuk tilu, tarling dan wayang golek. Keberadaan jaipong memberikan warna dan corak yang baru dan berbeda dalam bentuk pengkemasannya, mulai dari penataan pada komposisi musikalnya hingga dalam bentuk komposisi tariannya. 
      Mungkin di antara kita hanya tahu asal tari jaipong dari Bandung ataupun malah belum mengetahui dari mana asalnya. Dikutip dari ucapan kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata ( Disbudpar ) Karawang, Acep Jamhuri “Jaipong itu asli Karawang. Lahir sejak tahun 1979 yang berasal dari tepak Topeng. Kemudian dibawa ke Bandung oleh seniman di sana, Gugum Gumilar. Akhirnya dikemas dengan membuat rekaman. Seniman-seniman Karawang dibawa bersama Suwanda. Ketika sukses, yang bagus malah Bandung. Karawang hanya dikenal gendangnya atau nayaga (pemain musik). Makanya sekarang kami di Disbudpar akan mencoba menggali kembali seni tari Jaipong bahwa ini seni yang sesungguhnya berasal dari Karawang”. Tari ini dibawa ke kota Bandung oleh Gugum Gumbira, sekitar tahun 1960-an, dengan tujuan untuk mengembangkan tarian asal karawang dikota bandung yang menciptakan suatu jenis musik dan tarian pergaulan yang digali dari kekayaan seni tradisi rakyat Nusantara, khususnya Jawa Barat. Meskipun termasuk seni tari kreasi yang relatif baru, jaipongan dikembangkan berdasarkan kesenian rakyat yang sudah berkembang sebelumnya, seperti Ketuk Tilu, Kliningan, serta Ronggeng. Perhatian Gumbira pada kesenian rakyat yang salah satunya adalah Ketuk Tilu menjadikannya mengetahui dan mengenal betul perbendaharan pola-pola gerak tari tradisi yang ada pada Kliningan/Bajidoran atau Ketuk Tilu. Gerak-gerak bukaan, pencugan, nibakeun dan beberapa ragam gerak mincid dari beberapa kesenian menjadi inspirasi untuk mengembangkan kesenian jaipongan. 
           Sebelum bentuk seni pertunjukan ini muncul, ada beberapa pengaruh yang melatarbelakangi terbentuknya tari pergaulan ini. Di kawasan perkotaan Priangan misalnya, pada masyarakat elite, tari pergaulan dipengaruhi dansa Ball Room dari Barat. Sementara pada kesenian rakyat, tari pergaulan dipengaruhi tradisi lokal. Pertunjukan tari-tari pergaulan tradisional tak lepas dari keberadaan ronggeng dan pamogoran. Ronggeng dalam tari pergaulan tidak lagi berfungsi untuk kegiatan upacara, tetapi untuk hiburan atau cara bergaul. Keberadaan ronggeng dalam seni pertunjukan memiliki daya tarik yang mengundang simpati kaum pamogoran. Misalnya pada tari Ketuk Tilu yang begitu dikenal oleh masyarakat Sunda, diperkirakan kesenian ini populer sekitar tahun 1916. Sebagai seni pertunjukan rakyat, kesenian ini hanya didukung oleh unsur-unsur sederhana, seperti waditra yang meliputi rebab, kendang, dua buah kulanter, tiga buah ketuk, dan gong. Demikian pula dengan gerak-gerak tarinya yang tidak memiliki pola gerak yang baku, kostum penari yang sederhana sebagai cerminan kerakyatan. 
         Seiring dengan memudarnya jenis kesenian di atas, mantan pamogoran (penonton yang berperan aktif dalam seni pertunjukan Ketuk Tilu/Doger/Tayub) beralih perhatiannya pada seni pertunjukan Kliningan, yang di daerah Pantai Utara Jawa Barat (Karawang, Bekasi, Purwakarta, Indramayu, dan Subang) dikenal dengan sebutan Kliningan Bajidoran yang pola tarinya maupun peristiwa pertunjukannya mempunyai kemiripan dengan kesenian sebelumnya (Ketuk Tilu/Doger/Tayub). Dalam pada itu, eksistensi tari-tarian dalam topeg banjet cukup digemari, khususnya di Karawang, di mana beberapa pola gerak Bajidoran diambil dari tarian dalam Topeng Banjet ini. Secara koreografis tarian itu masih menampakan pola-pola tradisi (Ketuk Tilu) yang mengandung unsur gerak-gerak bukaan, pencugan, nibakeun dan beberapa ragam gerak mincid yang pada gilirannya menjadi dasar penciptaan tari Jaipongan. Beberapa gerak-gerak dasar tari Jaipongan selain dari Ketuk Tilu, Ibing Bajidor serta Topeng Banjet adalah Tayuban dan Pecak Silat. 
          Tarian ini mulai dikenal luas sejak 1970-an. Kemunculan tarian karya Gugum Gumbira pada awalnya disebut Ketuk Tilu perkembangan, yang memang karena dasar tarian itu merupakan pengembangan dari Ketuk Tilu. Karya pertama Gugum Gumbira masih sangat kental dengan warna ibing Ketuk Tilu, baik dari segi koreografi maupun iringannya, yang kemudian tarian itu menjadi populer dengan sebutan Jaipongan. Jauh sebelum Jaipongan muncul, menarikan tarian terutama oleh kalangan perempuan menak (kaum bangsawan dan kalangan konservatif), dianggap tabu. Hal ini berawal dari rusaknya citra penari yang dulu populer dengan sebutan ronggeng. Semakin ke sini, Tayuban yang lebih santun diperbolehkan, selama yang menari adalah laki-laki, dan jika ada penari perempuan haruslah yang berasal dari kalangan somah (rakyat). 
          Ketika jaipongan akhirnya muncul, penyampaiannnya dalam masyarakat pun menjadi berbeda. Tiap gerakan memiliki filosofi tersendiri. Dalam tari, seringkali ditemukan ungkapan yang menggambarkan suatu kondisi masyarakat dan budayanya. Umumnya sang koreografer memiliki pemikiran tersendiri hingga dituang dalam gerakan tari. Tarian cenderung dijadikan media untuk menyampaikan aspirasi yang mungkin sulit diucapkan lewat kata. Jika perempuan begitu sulitnya menyatakan bahwa mereka ingin keluar dari kukungan stereotip sosok perempuan yang ideal serta aturan mengikat yang membatasi ruang gerak, maka mereka bisa mengaspirasikannyaa lewat tari, dan dalam tataran Sunda, gerakan dalam Jaiponganlah yang bisa menyampaikannya. Sejak ditampilkan pertama kali, Jaipong dianggap sebagai tarian modern yang mampu menggebrak gaya konservatif. Selain menyuarakan emansipasi, jaipongan memperlihatkan simbol kebebasan dan pemberontakan lewat gerakan Perhatikan saja, gerakan pecak silat yang dikreasikan dalam jaipong membuktikan bahwa seni dalam bentuk apa pun tidak membedakan jenis kelamin, yang dengan kata lain menunjukkan bahwa perempuan dan laki-laki setara. Gerak pencak, tangkis, gibas, meupeuh, dan giwar yang menunjukkan kejantanan, bisa dipoles dan disesuaikan sedemikian rupa dalam tarian jaipong untuk memperlihatkan keindahan dan kelembutan perempuan, namun menggunakan kekuatan yang tidak berbeda dengan laki-laki. 
         Gerak cingeus yang tergambar lewat gesitnya gerakan tubuh dan kepala menunjukkan kecekatan dan keluwesan perempuan dalam menghadapi tantangan hidup. Gerak kaki dalam jaipong seperti gerak depok, sonteng, minced, dsb, yang menggambarkan kegesitan dan penyesuaian diri perempuan Sunda masa kini. Gerakan liukan tubuh serta kelenturan seluruh anggota badan dalam menarikan jaipong menunjukkan gambaran perempuan fleksibel dalam menghadapi segala perubahan dan persoalan hidup. Gerak galeong ditambah lirikan mata menggambarkan perempuan masa kini yang berani menyuarakan pendapat serta mampu berkomunikasi. Jika dilihat dari perpaduan variasi tempo musik dan dinamika gerakan yang kadang cepat, sedang, dan lambat, dapat dilihat bahwa perempuan Sunda tidaklah monoton dan bisa menyelaraskan diri sehingga tidak membosankan.  Secara menyeluruh, gerakan dalam jaipongan telah menggambarkan perempuan Sunda masa kini yang enerjik, penuh semangat dan tidak pantang menyerah, ramah, genit, berani, gesit dan lincah, namun tetap kuat dan santun. Ini secara langsung mengubah stereotip lama soal perempuan Sunda cantik-cantik tapi malas.
Share:

POLA LATAI DALAM TARIAN JAIPONG

.


POLA LANTAI 
Pola lantai adalah pola denah yang dilakukan oleh seoarang penari dengan perpindahan, pergerakan, dan pergeseran posisi dalam sebuah ruang (space) untuk menari. Pola lantai ini sebenarnya merupakan teknik blocking (penguasaan panggung) seoarang penari. Pola lantai berfungsi untuk membuat posisi dalam sebuah ruang gerak. Dalam sebuah tarian (terutama tari kelompok), pola lantai perlu diperhatikan. Ada beberapa macam pola latai pada taria, yaitu : 
1. Pola Lantai Horizontal 
Mengenai maksud dari pola lantai ini ialah para penari berbaris membentuk garis lurus ke samping. Ada yang menyatakan, pola lantai jenis horizontal ini diterapkan oleh tari Saman yang berasal dari Aceh. 
2. Pola Lantai Vertikal (lurus) 
Adapun maksud dari pola lantai ini ialah penari membentuk garis vertikal, yakni bisa garis lurus dari belakang ke depan atau garis lurus depan ke belakang. Biasanya, pola lantai vertikal banyak diterapkan pada tari tradisional, baik dari Sabang sampai Merauke. Dan pada gerakan pola lantai memberikan kesan, termasuk kesan dari pola lantai vertikal adalah sederhana tapi kuat. 
3. Pola Lantai Diagonal 
Pola lantai Diagonal memiliki maksud yaitu pola lantai ini posisi penari berbaris membentuk garis menyudut ke kanan atau ke kiri atau juga bisa sebaliknya. 
4. Pola Lantai Garis Melengkung 
Yang terakhir ini adalah pola lantai garis melengkung (melingkar) dan banyak dipakai pada tari rakyat dan tari tradisi. Pola lantai ini memberi kesan lemah dan lembut. Yang perlu Anda ketahui pada pola lantai jenis melengkung, yaitu: penari membentuk garis lingkaran. Pola lantai lengkung ular dan pola lantai angka delapan. 
5. Pola Lantai Zigzag 
Pola lantai Zigzag ini datangnya belakangan sehingga tidak begitu populer diterapkan. 
Pola lantai dibuat untuk memperindah pertunjukan karya tari. Oleh karena itu dalam pembuatan pola lantai harus memperhatikan beberapa hal, antara lain bentuk pola lantai, maksud atau makna pola lantai, jumlah penari, ruangan atau tempat pertunjukan, dan gerak tari. Penampilan gerak tari tidak terlepas dari desain garis dan desain pola lantai. Ada dua jenis desain garis yaitu garis lurus dan garis lengkung. Pada desain garis lurus memberikan kesan lembut tetapi juga lemah. Garis-garis mendatar memberikan kesan istirahat, sedangkan garis-garis yang tegak lurus memberi kesan ketenangan dan keseimbangan. Garis melingkar atau melengkung memberi kesan manis, sedangkan garis menyilang atau diagonal memberikan kesan dinamis atau kuat. 
      Desain-desain garis tersebut di atas, tidak hanya dapat dibuat dengan garis-garis tubuh dan tanganserta kaki penari , tetapi dapat juga dibentuk dari jejak atau garis-garis yang dilalui oleh seorang penari atau garis di lantai yang ditinggalkan oleh penari. Pola lantai juga dapat menggunakan properti yang digunakan oleh penari baik jenis penyajian tari tunggal, berpasangan maupun kelompok. Properti yang digunakan penari dapat membentuk desain atas maupun desain bawah. 
Beberapa contoh pola lantai : 
1. Pola lantai yang dipergunakan dalam tari Piring adalah garis lengkung dan membentuk lingkaran. 
2. Tari Saman dengan menggunakan pola lantai garis lurus. 
3. Pada tari Pendet menggunakan pola lantai garis lengkung. 
4. Tari Kecak dengan pola lantai garis lengkung dan membentuk lingkaran. 
TARI BERPASANGAN DAN KELOMPOK 
1. Tari Berpasangan 
Tari berpasangan merupakan bentuk karya tari yang diperagakan oleh dua orang penari secara berpasangan. Pasangan penari dapat berlawan jenis atau sama jenis. Rangkaian gerak tari jenis berpasangan saling mengisi, melengkapi,dan terdapat interaksi dan respons gerak antar penarinya. Tari berpasangan sering juga dipertunjukkan secara berkelompok. Namun, dalam melakukan gerakannya penari tetap berpasang-pasangan. Berikut tari berpasangan yang dipertunjukkan secara berkelompok 
Jenis tari berpasangan ada yang diperagakan oleh penari putra dengan penari putra, penari putri dengan penari putri, dan penari putra dengan penari putri. Setiap jenis dari karya tari berpasangan ini diperagakan dengan memperhatikan hal-hal berikut. 
a. Kedua penari harus saling bekerja sama. 
b. Kedua penari memiliki pemahaman yang sama mengenai karya tari. 
c. Kedua penari dapat menghayati setiap gerak yang diperagakan. 
POLA DALAM TARIAN JAIPONG 
Tari Jaipoyang ditarikan oleh sekelompok penari perempuan di atas panggung mengikuti pola tertentu agar seluruh gerakannya teratur, dari awal hingga akhir. Pola inilah yang akan diikuti oleh semua penari untuk memunculkan gerakan tarian yang kompak. Pola ini ada kaitannya dengan penguasaan panggung sehingga tarian semakin menarik untuk ditonton. 
Pola Lantai Tari Jaipong, Tari Jaipong adalah geraknya yang dinamis mengikuti tabuhan gendang yang unik. Seluruh penari Tari Jaipong akan melakukan gerakan di atas panggung mengikut pola lantai tertentu. Khusus untuk Tari Jaipong, pola lantai yang digunakan dalam tarian ini adalah pola lantai lurus dan zig-zag.
Share:

Kamis, 16 Januari 2020

Kesenian Jawa Barat


Kesenian daerah Jawa Barat terkenal di berbagai daerah, baik lokal maupun nasional. Bahkan keterkenalan itu sudah sampai dunia internasional. Ragam seni dan budaya yang ada di daerah tersebut memiliki keunikan tersendiri. Dari keunikan ini menimbulkan daya tarik bagi warga yang tinggal di luar daerah Jawa Barat dan turis manca negara.

Seni daerah Jawa Barat sangat penting untuk kita ketahui bersama, apakah itu maknanya dan daerahnya. Mengapa? Karena kesenian merupakan warisan sejarah yang pernah ada dan harus terus dijaga atau lestarikan eksistensinya sampai kapan pun juga. Diukur dengan materi, maka kesenian tidak sebanding dengan materi. Keberadaan kesenian di suatu daerah tidak bisa diukur dengan apapun.

1. Tari Jaipong

Jaipongan atau Tari Jaipong sebenarnya merupakan tarian yang sudah modern karena merupakan modifikasi atau pengembangan dari tari tradisional khas Sunda yaitu Ketuk Tilu. Meski modern, tetap saja masyakarkat mengenalnya sebagai tarian tradisional Jawa Barat. Tari ini dibawakan dengan iringan musik yang khas pula, yaitu Degung. Ada banyak alat musik yang menyelingi musik ini, yaitu: Kendang, Go’ong, Saron, Kacapi, dan lain sebagainya. Degung bisa diibaratkan ‘Orkestra’ dalam musik Eropa/Amerika.

Ada ciri khas dari Tari Jaipong ini, yaitu musiknya yang menghentak, dimana alat musik Kendang terdengar paling menonjol selama mengiringi tarian. Pada umumnya, tarian ini dibawakan oleh seorang, berpasangan atau berkelompok. Sebagai tarian yang menarik, Jaipong sering dipentaskan pada acara-acara hiburan, selamatan atau pesta pernikahan bagi warga Jawa Barat.

2. Tari Ketuk Tilu

Kehadiran Tari Ketuk Tilu di masyarakat tidak ada kaitannya dengan adat tertentu atau upacara sakral tertentu namun murni sebagai pertunjukan hiburan dan pergaulan semata. Ketuk Tilu merupakan hiburan yang biasanya digelar pada acara pesta perkawinan, acara hiburan penutup kegiatan atau diselenggrakan secara khusus di suatu tempat yang cukup luas. Karenanya, Tari Ketuk Tilu ini disukai oleh banyak masyarakat terutama di pedesaan (kampung) yang jarang kegiatan hiburan.

3. Kesenian Kuda Lumping

Kesenian Kuda Lumping ini dimainkan oleh orang yang sudah kesurupan dan menunggangi kayu yang dibentuk seperti kuda serta diiringi dengan tabuhan gendang dan terompet. Kuda Lumping adalah kesenian yang beda dari yang kesenian lain. Yang membedakan adalah dimainkan dengan cara mengundang roh halus sehingga orang yang akan memainkannya seperti kesurupan.

Beberapa hal yang aneh pada kesenia Kuda Lumping, yaitu:

1. Pemerannya Makan Kaca

Jika Anda pernah melihat orang yang berperan, maka Anda sudah tahu bahwa mereka benar – benar memakan kaca atau beling. Kemampuang mereka kabarnya datang dari kekuatan ghaib.

2. Kebal Dicambuk

Mereka yang berperan dalam kesenian Kuda Lumping juga akan mendapat cambukan layaknya kuda dicambuk. Hanya saja mereka tidak merasakan sakit ketika dicambuk meski cambukan itu terlihat sangat kuat sekali.

3. Kesenian Berbahaya Namun Digemari

Meski berbahaya, kesenian ini tetap saja banyak penggemar atau yang menyukainya. Hal ini terbukti ketika kesenian ini di gelar, maka akan banyak orang – orang dari berbagai lapisan masyarakat yang menyaksikannya.

Keunikan lain tentang Kuda Lumbing dapat Anda sampaikan pada kolom komentar bagi Nada yang sudah pernah menyaksikannya.

4. Wayang Golek

Persis dengan kesenian Jaipong, pementasan Wayang Golek diiringi musik Degung dan lengkap dengan Sindennya. Wayang Golek ialah kesenian tradisional dari daerah Jawa Barat, yakni pementasan sandiwara boneka yang terbuat dari kayu dan dimainkan oleh seorang sutradara merangkap pengisi suara yang disebut Dalang. Seorang Dalang mempunyai keahlian dalam menirukan berbagai suara manusia.

Pada umumnya, Wayang Golek dipentaskan untuk acara hiburan rakyat, pesta pernikahan atau acara lainnya. Waktu pementasannya pun terbilang unik, yaitu pada malam hari (biasanya semalam suntuk) dimulai sekitar pukul 20.00 – 21.00 hingga pukul 04.00 pagi. Cerita yang dibawakan berkisar pada pergulatan antara kebaikan dan kejahatan (tokoh baik melawan tokoh jahat). Ceritanya banyak diilhami oleh budaya Hindu dari India, seperti Ramayana atau Perang Baratayudha.

5. Tari Merak

Tari Merak merupakan tarian tradisi suku Sunda. Tari adat ini adalah kesenian yang menggambarkan burung-burung merak yang sedang menari dengan gembira. Tarian ini dibawakan oleh penari wanita-wanita Sunda. Dan pada umumya, tarian merak ini dibawakan untuk acara perkawinan ataupun menyambut tamu dari luar daerah yang datang berkunjung ke tanah Sunda.

Pada konteks kekinian, kesenian tari ini juga sangat cocok ditampilkan untuk menyambut tamu yang datang ke daerah Jawa Barat. Apakah itu, tamunya seorang pejabat, pengusaha, tamu luar negeri dan tamu – tamu lainnya.

6. Tari Topeng

Tari Topeng merupakan tarian suku Sunda yang dibawakan oleh sekelompok orang penari pria atau wanita. Dalam menari mereka memakai topeng khas suku Sunda. Fungsi dari tarian ini untuk menyambut tamu-tamu yang ingin berkunjung datang, dan sebagai pementasan pada saat acara-acara tertentu. Seperti perkawinan, khitanan,dan sebagainya.

7. Angklung

Angklung adalah sebuah alat kesenian yang terbuat dari bahan bambu khusus yang ditemukan oleh Bapak Daeng Sutigna sekitar tahun 1938 an. Awal penggunaannya Angklung masih sebatas kepentingan kesenian lokal atau tradisional. Namun sekarang Angklung sudah mendunia sampai keluar negeri. Beberapa kesempatan banyak warga asing yang belajar alat musik Angklung.

8. Kesenian Degung

Kesenian Degung merupakan bagian dari adat istiadat Sunda yang biasanya dimainkan pada acara hajatan masyarakat setempat. Kesenian Degung ini digunakan sebagai musik pengiring atau musik pengantar. Degung ini merupakan gabungan dari peralatan musik khas Jawa Barat yaitu, Gendang, Goong, Kempul, Saron, Bonang, Kacapi, Suling, Rebab, dan sebagainya.

Untuk memainkan Degung pada umumnya ada seorang penyanyi yang membawakan lagu-lagu Sunda dengan nada dan alunan yang khas. Penyanyi ini biasanya seorang wanita yang dinamakan Sinden. Tidak sembarangan orang dapat menyanyikan lagu yang dibawakan Sinden karena nada dan ritme-nya cukup sulit untuk ditiru dan dipelajari. Degung merupakan salah satu kesenian yang paling populer di propinsi Jawa Barat, karena iringan musik Degung ini selalu dipakai dalam setiap acara hajatan yang masih menganut adat tradisional.

9. Rampak Gendang

Rampak Gendang ini merupakan pemainan menabuh gendang secara bersama-sama dengan memakai irama tertentu serta menggunakan cara-cara tertentu untuk melakukannya. Pada umumnya dimainkan oleh lebih dari empat orang yang telah mempunyai keahlian khusus dalam menabuh Gendang. Seringnya, Rampak Gendang ini diadakan pada acara pesta atau pada acara ritual.

10. Rengkong

Rengkong merupakan salah satu kesenian tradisional yang diwariskan oleh leluhur masyarakat Sunda. Muncul sekitar tahun 1964 di daerah Kabupaten Cianjur dan orang yang pertama kali memunculkan dan mempopulerkannya adalah H. Sopjan. Bentuk kesenian ini sudah diambil dari tata cara masyarakat sunda dahulu ketika menanam padi sampai dengan menuainya.

11. Kuda Renggong

Kuda Renggong atau Kuda Depok ialah salah satu jenis kesenian helaran yang terdapat di Kabupaten Sumedang, Majalengka dan Karawang. Cara pertunjukkannya yaitu, seekor kuda atau lebih di hias warna-warni, budak sunat dinaikkan ke atas punggung kuda tersebut, Budak sunat tersebut dihias seperti seorang Raja atau Satria, bisa pula meniru pakaian para Dalem Baheula, memakai Bendo, takwa dan pakai kain serta selop.

12. Kecapi Suling

Kacapi Suling merupakan kesenian yang berasal dari daerah Jawa Barat, yaitu permainan alat musik tradisional indonesia yang memadukan suara alunan Suling dengan Kacapi (kecapi), iramanya sangat merdu yang biasanya diiringi oleh Mamaos (tembang) Sunda yang memerlukan cengkok/ alunan tingkat tinggi khas Sunda, yang pada umumnya nyanyian atau lagunya dibawakan oleh seorang penyanyi perempuan, yang dalam bahasa sunda disebut Sinden. Kacapi suling ini biasanya digunakan untuk mengiringi nyanyian sunda. Sunda. Kacapi Suling berkembang pesat di daerah Cianjur dan kemudian menyebar kepenjuru Parahiangan Jawa Barat dan seluruh dunia.

13. Sintren

Istilah Sintren berasal dari dua kata, yaitu ”Sinyo” dan ”trennen”. Sinyo mempunyai arti yaitu “pemuda” dan Trennen artinya “latihan”. Jadi, Sintren artinya pemuda-pemuda Indramayu yang sedang berlatih kesenian. Cara memainkan Sintren persis dengan pertunjukan sulap. Seorang penari perempuan awalnya memakai pakaian sehari-hari. Usai dimasukkan ke dalam kurungan sebesar kurungan ayam dan dimasukkan juga busana tari ke dalam kurungan tersebut, dalam beberapa saat pakaian penari tersebut telah berubah dengan pakaian tari khusus.

Kesenian ini sudah sangat jarang dijumpai pertunjukannya. Oleh karena itu, kesenian ini dijadikan sebagai seni tradisional yang memiliki ciri khas khusus yang berkembang di daerah Indramayu.

14. Blantek

Blantek merupakan seni pertunjukan tradisional dari daerah kota Bogor. Bentuk kesenian ini hampir sama dengan Lenong Jakarta. Blantek dimainkan oleh sejumlah penari laki-laki dan perempuan dengan dialog-dialog yang yang mengundang gelak tawa penonton. Atraksi-atraksi para pemain di atas panggung banyak diwarnai dengan lawak dan permainan silat.

Seiring berjalannya waktu, saat ini kesenian Blantek sudah banyak dipengaruhi oleh kesenian Pop dan Dangdut. Masuknya musik Pop dan Dangdut ini tidak hanya berupa lagu-lagu, tetapi juga alat musiknya. Demikian pula tari Jaipongan. Cerita-cerita yang sering ditampilkan adalah Prabu Zulkarnaen dan Ngarah Barni. Alat musik yang dipakai pada setiap pertunjukan Blantek adalah Rebana (biang, katek, dan kebuk), kendang, jihan/rebab, kecrek dan gong. Dan di zaman sekarang ditambah dengan alat musik diatonis seperti gitar melodi, bas, dan keyboard.

15. Sisingaan (Odong-Odong)

Kesenian Sisingaan ini sangat unik karena ada banyak namanya. Beberapa nama lain dari Sisingaan adalah: Singa Depok, Citot, Kuda Depok, Gotong Singa dan juga Odong-Odong yang merupakan khas kesenian daerah Subang, Jawa Barat. Ada semangat heroik pada kesenian ini, yaitu merupakan lambang perlawanan bagi masyarakat terhadap VOC. Kesenian Jawa Barat ini terdiri dari 8 orang pengusung sisingan, penunggang sisingan, 2 sisingan, pengiring musik dan jangan lupa juru kawih.

Berdasarkan aspek filosofis 8 (delapan) orang pengusung ini tersebut melambangkan rakyat pribumi yang tertindas dan terjajah, sedangkan sepasang singa melambangkan Belanda dan Inggris (VOC) yang menjajah Indonesia.

16. Kesenian Tarawangsa


Kesenian Jenreng Tarawangsa atau Tarawangsa pada umumnya dipentaskan saat acara syukuran tradisional, seperti, Ngarosulkeun, Ngaruat, Ngalaksa, Buku Taun, Panenan atau Pada acara syukuran seperti Sunatan dan Pernikahan.

Perpaduan alat musik Jentreng dan Tarawangsa ini Menghasilkan suara yang klasik dan sekilas terdengar Mistis. Kesenian ini juga terdapat dibeberapa daerah Sunda, seperti, Tasikmalaya Selatan, Rancakalong (Sumedang), , Kanekes (Banten) dan Banjaran.
Share:

BTemplates.com

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

TATA RIAS, KOSTUM, dan PENGIRING TARI JAIPONG

1. Tata Rias Tata rias yang digunakan untuk wajah tidak terlalu mencolok namun yang membuat mencolok yaitu mengenakan kebaya w...