Salah satu sanggar yang ada di kuningan. Sanggar ini merupakan yang memfokuskan untuk anak didiknya mempunyai bakat tari. Banyak tarian yang diajarkan di sanggar ini. Selain tarian, disini juga diajarkan musik gamelan, sinden, dll. Sanggar ini sudah dipercaya untuk mengiring upacara adat, biasanya untuk diacara pernikahan

Minggu, 19 Januari 2020

SEJARAH WAYANG GOLEK


Wayang golek

Berkas:Wayang Golek Sunda PRJ 1.jpg

Wayang golek merupakan salah satu dari ragam kesenian wayang yang terbuat dari bahan kayu yang merupakan hasil perkembangan wayang kulit dari keterbatasan waktu supaya dapat ditampilkan pada siang atau malam hari. Pertama kali diperkenalkan oleh Sunan Kudus di daerah Kudus (dikenal Wayang Menak), Cirebon (dikenal Wayang cepak) lalu Parahyangan. Wayang golek sangat populer di wilayah Jawa Barat, daerah penyebarannya terbentang luas dari Cirebon hingga Banten.

Sejarah

Sekitar tahun 1583, Sunan Kudus yang merupakan salah satu penyebar agama Islam di pulau Jawa pernah membuat kurang lebih 70 buah wayang dari kayu. Wayang tersebut dipertontonkan di siang dan malam hari dengan sumber cerita lokal atau imajinasi sendiri yang tentunya sarat dengan pesan agama Islam. Sunan Kudus menggunakan bentuk wayang golek awal ini untuk menyebarkan Islam di masyarakat.

Munculnya kesenian wayang kayu lahir dan berkembang di wilayah pesisir utara pulau Jawa pada awal abad ke-17. Dikarenakan masyarakat Jawa Tengah dan Jawa Timur telah terlebih dahulu mengenal wayang kulit, kehadiran wayang golek kurang begitu berkembang, karena masyarakat disana terlanjur menggemari wayang kulit. Namun wayang golek Sunan Kudus itu menarik hati dari ulama atau sekurang-kurangnya santri Cirebon yang sedang berkunjung (atau berguru) ke wilayah Sunan Kudus. Akhirnya ide wayang golek itu dibawa ke Cirebon.

Pementasan wayang golek di tanah Parahyangan dimulai sejak Kesultanan Cirebon berada di tangan Panembahan Ratu (1540-1650) cicit dari Sunan Kudus. Yang dipertunjukan saat itu adalah wayang cepak (atau wayang golek papak), disebut demikian karena memiliki bentuk kepala yang datar.

Selanjutnya ketika kekuasaan Kesultanan Cirebon diteruskan oleh Pangeran Girilaya (1650-1662), wayang cepak semakin populer dimana kisah babad dan sejarah tanah Jawa menjadi inti cerita, yang tentunya masih sarat dengan muatan agama Islam.
Lalu wayang golek dengan cerita dari epos Hindustan seperti Ramayana dan Mahabarata seperti yang sekarang mulai hadir kisah-

kisah Ramayana dan Mahabharata tersebut kemungkinan besar pertama kali lahir dan berkembang dalam pertunjukan wayang kulit. Semula kisah tersebut menggunakan bahasa Jawa. Namun, setelah banyak dalang-dalang dari kalangan orang Sunda, maka bahasa Sunda pun mulai menggantikan penggunaan bahasa Jawa.
Perkembangan selanjutnya adalah wayang golek purwa yang tidak bisa dilepaskan dari peran Wiranata Koesoemah III (Bupati Bandung ke-6). Beliau sangat menggemari wayang, tetapi ia menginginkan suatu pertunjukan yang lebih menarik dan memiliki nilai-nilai keSunda-an.

Akhirnya ia meminta salah seorang pengrajin wayang kulit bernama Ki Darman (pegiat wayang kulit asal Tegal) di daerah CibiruUjungberungBandung untuk membuat bentuk wayang golek yang lebih menarik dengan bentuk kepala / rupa yang benar-benar menyerupai manusia. Maka lahirlah bentuk Wayang Golek Sunda seperti yang kita lihat sekarang.

Wayang golek semakin populer, tidak lagi sebatas konsumsi kaum menak, tapi masyarakat biasa pun mulai menggemari wayang golek ini. Wayang golek pun semakin menyebar ke segala penjuru Jawa Barat setelah dibukanya De Grote Postweg (Jalan Raya Daendels) yang menghubungkan daerah-daerah di Jawa Barat.

Dari paparan diatas maka di tanah Parahyangan bermula muncul wayang-wayang klasik seperti wayang golek papak, wayang golek purwa dan wayang golek Pakuan. Wayang Golek Papak masih dipertontonkan di daerah Cirebon, dengan kisah babad yang menggunakan bahasa Cirebon.

Wayang Golek Purwa, memainkan kisah Mahabharata dan Ramayana yang diadopsi dari pementasan wayang kulit namun menggunakan campuran bahasa Jawa dan bahasa Sunda. Wayang golek pakuan, kisah yang ditampilkan adalah kisah-kisah legenda Priangan seperti SangkuriangMundinglaya DikusumahLutung Kasarung dan lain-lain.

Share:

0 komentar:

Posting Komentar

BTemplates.com

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

TATA RIAS, KOSTUM, dan PENGIRING TARI JAIPONG

1. Tata Rias Tata rias yang digunakan untuk wajah tidak terlalu mencolok namun yang membuat mencolok yaitu mengenakan kebaya w...